Rabu, 01 November 2017

Pre-Departure Part I : Prof Nuryadin ; ke Belanda untuk Kencing

Di  stasiun Train à Grande Vitesse atau  Kereta Api Cepat di Kota  Paris, ada dua  orang sahabat -keduanya  mahasiswa  Indonesia  yang sedang belajar di Perancis - . Salah seorang sudah mau naik kereta TGV yang akan segera  berangkat. 

"Mau kemana kamu?"

"Ke  Belanda !"

"Ngapain ?"

"Kencing, setelah  itu  Pulang!"

"What ?  Ngapain jauh-jauh ke Belanda hanya  untuk kencing?"

"Karea  Belanda  kurang ajar ! Mereka  menjajah kita  350  tahun, tapi kita  tetep dibiarkan bodoh serta  Negara  juga  belum maju. Tahu tidak? Saat  penyerahan kemerdekaan, kita Bangsa Indonesia  harus  membayar semua aset  yang ditinggalkan Belanda  di Indonesia !!"

Sang mahasiswa cukup geram dengan sejarah penjajahan Belanda  di Indonesia yang berlangsung cukup lama. Ada perbedaan bangsa-bangsa di dunia  dalam melakukan penjajahan. Inggris  dalam menjajah memberikan pendidikan yang baik kepada bangsa-bangsa jajahannya. Lihatlah sekarang negeri negeri jajahan Inggris : Malaysia, Singapura, Bruney Darussalam, Canada dan masih banyak lagi. Mereka, meski dijajah, masih diberi pendidikan yang layak bahkan sampai dengan merdeka, masih didampingi secara  ekonomi untuk maju bersama sebagai negara persemakmuran((Commonwealth).

Selain  Inggris, ada Portugal yang juga mejajah tetapi masih memberi kesempatan negera jajahannya untuk mengembangkan sumberdaya manusia. Yang sungguh konyol dan menderita adalah Bangsa Indonesia, sudah dijajah 350 tahun, kekayaan diambil habis, semua  naskah dan karya sastra  dibawa pulang,  giliran bangsa ini  menyatakan merdeka,  diharukan membayar semua infrastruktur  yang dibangun penjajahnya.  What ?  Hehehehhe. pasti Anda  juga  baru  dengar  sekarang  ya. Kalau  ada  yang sudah  tahu,  pasti  guru  sejarahnya  hebat.  Yang  belum, berarti  Anda  sama  dengan  saya,  punya  guru sejarah  yang hapal  LKS  (Lembar Kerja Siswa) dan Buku Paket, tapi  jarang cerita  sejarah  bangsa  yang benar  - upst .... -.

Hampir semua  negara  yang pernah dijajah, fasih berbahasa negara yang menjajah, hanya Indonesia, yang dijajah sangaaat lama,  tetapi sama sekali tidak ada  yang berbahasa Belanda sampai sekarang, kecuali satu-dua orang yang pernah mengenyam Pendidikan di Belanda. Itu sebagai bukti bahwa Belanda memang tidak mengedukasi bangsa  Indonesia  saat menjajah. Maka  jangan salahkan dendam sang mahasiswa  yang ke Belanda, hanya untuk kencing. 

Itulah  sepenggal cerita yang disampaikan Prof Nuryadin,  seorang  dosen Bahasa Perancis Universitas Negeri Jakarta yang cukup lama kuliah dan tinggal di Perancis, pada  kegiatan pembekalan Diklat Guru SMK ke Perancis Tahun 2017. Sebuah kisah sederhana, tetapi bisa  memahamkan sedikit  dari buuuanyak  sekali  sejarah bangsa. 


Pelajaran yang bisa  diambil oleh guru dalam mengajar  dari pola pengajaran yang disampaikan Prof Nuryadin adalah bagaimana   mengajar  bukan sekedar menyampaikan materi  secara eksplisit, tetapi bisa menggugah rasa ingin tahu, penasaran, dan ketertarikan murid  dikelas serta bisa menyisipkan  "hidden story"  sehingga  memperluas  wawasan.

Prof  Nuryadin  mengajar  dengan  sangat menyenangkan. Yang sangat berkesan salah satunya adalah,  meski  hanya  mengajar  dua hari, beliau sudah  hampir  hafal dengan semua peserta  yang berjumlah  32  orang. Anda  yang berprofesi sebagai pengajar dan sudah mengajar satu semester, setahun, bahkan tiga tahun? Berapa  nama siswa  yang Anda  hafal diluar kepala?





Pre-Departure Part III : Ir. Bagiono Djokosumbogo


Pre-Departure Part II : Monsieur Vincent Coquin


Salah  satu  pemateri  dalam kegiatan Pre-Departure Diklat  Guru  SMK  ke Paris  adalah seorang guru  Bhasa Perancis  dari  School Maritime Anita Conti , sebuah Sekolah Menengah Kejuruan atau  dalam bahasa perancis  disebut Lycee Professionale   yang berada  di kota Fecamp, sebuah kota  diperancis  yang terletak  di pesisir  Perancis  bagian atas. 


Vincent Coquin (Vangsong Kokang-red), seorang guru  yang mengajari  bagaimana  berkomunikasi  dalam bahasa  Perancis  dengan waktu belajar yang terbatas  hanya   dua setengah hari. Pembelajaran diberikan dengan sangat menyenangkan, bagaimana dia memberi materi komunikasi  dasar seperti sapan, salam, pengenalan angka, dan budaya serta  dengan metode yang mudah dipahami meski dengan pengantar bahasa  Inggris  yang sama terbatasnya dengan peserta. 
(ssssttt,  kalau belum mahir  bahasa  Inggris  ndak perlu malu tuh, orang Perancis  yang dekat saja  ternyata  juga  ndak  pinter  tuh.)




Saya akan ke Belanda, untuk Pee

Diantara  bangsa  bangsa  yang ada  di dunia,

Senin, 30 Oktober 2017

Diklat Guru SMK ke Perancis 2017 Batch II


Jakarta,  Tigapuluh  guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan dua  widyaiswara Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) siap mengikuti pelatihan di Perancis. Pelatihan ini sebagai salah satu bentuk kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Nasional, Pendidikan Tinggi dan Penelitian (MENESR) Republik Perancis.

Diklat dilaksanakan selama satu setengah bulan, mulai 4 Nopember  sampai dengan 9 Desember  2017, pelatihan ini ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi guru produktif SMK agar dapat menggali pengalaman dari sekolah dan industri di Perancis. 

Diklat diawali dengan proses Pre-Departure yang dilaksanakan mulai tanggal 27 Oktober sampai dengan 3 Nopember 2017 di Jakarta. Salah satu pemateri dari atase Pendidikan Republik Perancis untuk Indonesia Emmilienne Baneth menyampaikan bahwa materi yang diberikan nantinya akan berbeda  dengan peserta Batch I. Pada Batch I, peserta lebih ditekankan untuk belajar manajemen dan sistem pendidikan yang ada di Perancis, sedangkan Peserta Batch II diharapkan lebih banyak kegiatan praktik dan mengikuti proses pembelajaran baik di kelas, di laboratorium maupun dipalpangan. 

Enam orang peserta pelatihan di kota Fécamp akan mendapatkan materi Bidang Keahlian Energi Baru Terbarukan (EBT), di antaranya Izzudin Syarif, Guru SMKN 1 Paringin Kalsel, Irwan Arditiajaya, Guru SMKN 1 Lingsar Lombok Barat NTT, Denny Syarif, Guru  SMKN 1 Blitar  Jatim, Sahfahlefi, Guru SMKN 1 Padang, serta Arif Sugianto, Guru SMKN 1 Punggelan Banjarnegara, Jateng.

Tiga  orang guru SMK akan belajar Maritim di kota Fécamp, di antaranya Obed Lepa Saba Kulla, Guru SMKN 1 Mamboro NTT, Indra Fabriyono, Guru SMKN 1 Tanjung Jabung Timur Jambi, serta Makrus, Guru SMKN 2 Indramayu Jabar.

Empat orang guru SMK akan belajar Aeronautika di kota Toulouse, di antaranya Tatang Rahmat, Widyaiswara PPPTK BMTI  Bandung, Manuntun Manurung, Guru dari SMKN 1 Tanjung Morawa, Casmadi, Guru SMK Penerbangan Aero Dirgantara Banten, dan Febry Hindrawan, Guru SMKN 4 Depok.

Tiga  orang guru SMK akan belajar Welding  di kota Saint Nazare Provinsi Nantez, di antaranya Komariyanto, Guru SMK Negeri 7(STM Pembangunan)  Semarang, Kadarisman Syah, Guru SMKN 4 Kota Sukabumi, serta Purwanto, Guru SMKN 6 Samarinda.

Tiga orang guru SMK akan belajar Jasa Boga  di kota Nice, di antaranya Bambang Kurniawan, Guru SMKN 32 DKI Jakarta, Yusup Apriyanto, Guru SMKN 1 Tanjung, serta Helva Roza, Guru SMKN 2 Depok, Jawa Barat.

Tiga  orang guru SMK akan belajar Hotel Industry  di kota Nice, di antaranya Winardi,  Guru SMKN 1 Cilacap, Agus Sambodo, Guru SMKN 4 Kota Jambi, serta Titik Kusnenti, Guru SMKN 8 Surabaya.

Lima  orang guru SMK akan belajar Mode  di kota Lyon, di antaranya Arifah Royani, Guru SMKN 1 Pringapus Jawa Tengah, Ellysa Rusdiyana, Guru SMKN 5 Malang Jatim, Sari Astiastuti, Guru SMKN 1 Sindang Jabar, Endang Triastuti, Guru SMKN 4 Surakarta Jateng, serta Widiyani, Guru SMKN 1 Karangawen Demak Jateng. 

Sementara itu, enam orang lainnya akan memperdalam wawasan bidang Agriculture  di kota Mercury yaitu Mukhamad Ari Hidayanto, Guru SMKN Kehutanan Kadipaten Jabar, Abdi Gunawan, Guru SMKN 1 Kuripan NTB, Nurul Hidayati, Guru SMKN Bansari Kabupaten Magelang  Jateng, Rika Risma Sari, Guru SMKN 1 Pangkalan Kerinci Riau, Afrianda Syahputra, Guru SMKS Perkebunan MM 52  D.I.  Yogyakarta, serta satu Orang Widyaiswara  dari PPPTK Pertanian Jawa Barat, yaitu  Prima Agung Prihandono.

Kegiatan didampingi  2  orang  dari Dit. PG Dikmen, Ditjen GTK Kemdiknas, yaitu Ibu Titah Widya Praharani dan Ibu Sri Renani Pantjastuti. 

Pelatihan akan dimulai pada tanggal 24 April 2017 dan berakhir pada tanggal 17 Juni 2017. Biaya pelatihan ditanggung pemerintah Perancis, sementara pemerintah Indonesia akan membiayai transportasi serta biaya hidup peserta selama mengikuti pelatihan.

Sebelum diberangkatkan peserta mengikuti kegiatan pembekalan (pre-departure) yang difasilitasi oleh narasumber dari Pemerintah Perancis. Pembekalan peserta dimaksudkan agar peserta memahami program pelatihan, tugas-tugas yang harus dikerjakan selama pelatihan. Disamping itu, peserta juga dibekali dengan kemampuan berbahasa Perancis untuk keseharian, serta pengetahuan budaya dan sistem pendidikan di Perancis yang disampaikan oleh Prof Nuryadin  dari  Universitas Negeri Jakarta  yang sudah sangat berpengalaman tinggal di Perancis sekaligus salah satu Dosen Perancis yang banyak dijadikan rujukan. 

Peningkatan kapasitas guru SMK ini merupakan salah satu tindak lanjut Kemendikbud sesuai Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia. 

Pre-Departure Part I : Prof Nuryadin ; ke Belanda untuk Kencing

Di  stasiun   Train à Grande Vitesse atau  Kereta Api Cepat  di Kota  Paris, ada dua  orang sahabat - keduanya  mahasiswa  Indonesia  yang...